Secangkir Kopi dan Hati Tukang Ojek yang Terpana

Posted on

Secangkir Kopi dan Hati Tukang Ojek yang Terpana

Perkenalkan namaku Rudi, diumurku yang baru 20 tahun ini seharusnya aku bisa menikmati masa remajaku bukan bekerja seperti aku sekarang ini. Karena keterbatasan ekonomi keluargaku, aku harus membantu kedua orangtuaku dalam memenuhi kebutuhan sehari-sehari.

Sudah sekitar setahun aku menjadi tukang ojek pangkalan yang lumayan jauh dari rumahku. Dan dari setahun itulah, aku baru mendapatkan sebuah pengalaman pribadiku yang sangat aku tak menyangka. Aku bisa menikmati tubuh penjual mie rebus yang sangat bahenol. Uuuugghh..sungguh sangat pengalaman yang sangat indah.

Begini ceritanya… Malam itu kurasakan ngantuk sekali, namun mau gimana lagi, aku harus bekerja untuk membantu orangtuaku. Yaaahh resiko sebagai tukang ojek, yang pada umumnya orang pada tidur pulas naaahh aku malah bekerja mengais rejeki. Setelah aku bergegas, kemudian aku menuju pangkalan tempatku mangkal setiap harinya.

Saat keluar rumah, kurasakan udara sangat dingin sekali sepertinya mau hujan. Dan seperti dugaanku, belum sampai aku dipangkalan, hujan turun dengan derasnya. Yang kemudian aku mencari tempat untuk berteduh disebuah warung kopi. Saat aku masuk diwarung kopi tersebut, kulihat warung dalam keadaan sepi sekali.

Kemudian aku memesan secangkir kopi dan semangkok mie untuk mengisi perutku yang sudah keroncongan. Setelah cukup lama aku menunggu, akhirnya tibalah secangkir kopi yang aku pesan dan penjual kopi tersebut berkata,
“Eeehhh…mas, maaf bisa minta tolong pasangkan kabel gas???” ujar penjual kopi tersebut seraya menghampiriku.

Dan Oh my good…sungguh terkejutnya aku saat mataku menyaksikan seorang wanita tinggi putih hanya memakai tangtop warna putih dengan belahan d*d* yang begitu dalam.
“Maaaas?” ujar sipenjual kopi tersebut lagi yang mengagetkanku.

“Ooohh bisa bisa mbak, dimana?” jawabku dengan sedikit salah tingkah dan kemudian akupun mengikutinya kedapur dan langsung memasangkan kabel gas. Setelah selesai akupun kembali duduk dan tak lama aku menunggu pesananku datang dan aku makan ditem*ni penjual cantik itu sambil ngomong ngalor ngidul.

“Mbak, ga dingin apa ujan gini cuma pake tengtop begituan?” kataku.
“Gak kok mas” jawabnya sambil tersenyum sambil terus makan, mataku tak henti-hentinya melihat pay*daranya yang begitu indah, besar putih dengan ukuran yang sangat pas dengan tubuhnya hingga tak kusadari burungku sudah ng*c*ng berat dan aku tak kuat lagi ingin sekali aku mengeny*t pay*dara montok itu.

“Mas, aku kedalam dulu ya” ujar mbak penjual dan kemudian dia masuk kedapur dan akupun yang sudah sangat bern*fsu kemudian mengikutinya dari belakang. Saat sampai didapaur, langsung saja aku menyekapnya dari belakang dan dia-pun berontak dan aku langsung mer*mas kedua tok*tnya dari belakang sambil kujil*ti leher belakangnya.

Sementara dia masih meronta namun terselip des*han-des*han yang keluar dari mulutnya.
“jangan mas…Aahh jangan mas!” pinta wanita itu.
“Udah sayang nikmati saja” balasku.

“Aaahhh…mas jangan mas” dia tak lagi meronta hanya terdengar des*han keluar dari mulutnya, Langsung saja kubawa dia keluar dari dapur dan langsung kurebahkan tubuhnya diatas meja makan gak peduli sekalipun ada yang lihat. Aku mulai mel*cuti pakaiannya hingga dia benar benar b*gil diatas meja,

Air liurku menetes saat didepanku terlihat v*gina yang begitu merah dan akupun langsung membuka p*hanya dan langsung kus*dot v*ginanya yang sangat indah itu.
“Aaaahh.. Jangan mas! Enak.. Ahh… Terus mas..! Ah… Jangan” dia terus meracau tak karuan

Setelah puas menjil*ti v*ginanya, langsung saja kubuka seluruh pakaianku hingga akupun sekarang juga b*gil. K*nt*lku sudah ng*c*ng sekeras-kerasnya. Langsung kusodorkan k*nt*lku kemulutnya. mulanya dia menutup mulutnya, kemudian kupencet putt*ng sus*nya dengan keras hingga dia menjerit dan saat dia membuka mulutnya, langsung kubenamkan k*nt*lku kemulutnya dan kupompa dengan cepat.

“Aaaaahh.. Enak sekali mulutmu mbak…anget.. Ayo terus mbak! S*dot terus ah…” sekarang aku yang meracau gak jelas.
Kucabut k*nt*lku dan kuarahkan kev*ginanya, kuludahi dulu k*nt*lku dan kumasukan k*nt*lku kev*ginanya dengan perlahan. Ooh sangat sulit dan dengan sedikit kupaksakan akhirnya

“Sreeeet..” Suara itu terdengar saat k*nt*lku masuk. Ternyata dia masih perawan. Oouhh kulihat dia mengeluarkan air mata sambil menggigit bibir bawahnya. Kemudian kumaju mundurkan k*nt*lku didalam v*ginanya. Ooohhhh …Hanya terdengar er*ngan kami berdua.. Ooohh… Ahh…Ahh..

Keringatku mulai menetes ketubuhnya.. Ah.. Aku mulai tak kuasa, bentar lagi sp*rmaku akan keluar. Ku*nt*t dia dengan keras.. Aaah… Aaah.. Dan aaaaarhgh..Kubenamkan k*nt*lku dalam-dalam dan sp*rmaku menyembur dalam v*ginanya.

Dia terus menangis dan aku gak peduli, aku langsung memakai pakaianku dan langsung pergi karena tanpa kusadari hujan sudah reda dari tadi dan gak lupa kutinggalkan lima lembar uang lima ribuan untuk membayar kopi dan mie plus-plus tadi.